Rabu, 06 Oktober 2010

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENCERNAAN (LABIOPALATOSKISIS)

Definisi
Merupakan congenital anomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah

Klasifikasi
Cleft Lip : Hanya bibir yang terbelah bisa unilateral atau bilateral
Cleft Lip Palate : Bagian terbelah meliputi bibir dan palatum bisa unilateral atau bilateral
Cleft Palate : bagian yang terbelah hanya palatumnya (keras dan lembut)

Etiologi
Kegagalan dalam fase perkembangan embrionik  penyebab tidak diketahui
Factor keturunan
Kemungkinan berhubungan dengan mutan gen, keabnormalan chromosome
Insiden
Clept lip 1 : 1000 kelahiran laki-laki > perempuan
Cleft palte : 1 : 2500, prempuan > laki-laki

Patophysiology
Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio pada trimester pertama
Cleft terjadi akibat Kegagalan proses nasal medial dan maxilaris untuk menyatu selama masa kehamilan 6 – 8 minggu
Cleft palatum terjadi akibat kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7 – 12 minggu
Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7 – 8 minggu masa kehamilan

Manifestasi Klinik
Pada clept Lip
Distorsi pada hidung tidak lengkapnya bentuk bibir
Tampak sebagian atau keduanya
Adanya celah pada bibir
Pada Cleft palatum
Tampak adanya celah pada uvula, palato lunak dank eras dan atau foramen incisive
Adanya rongga pada hidung
Distorsi hidung
Teraba adanya celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari

Komplikasi
Gangguan bicara dan pendengaran
Otitis media
Aspirasi
Distress pernafasan
Resiko infeksi saluran nafas
Pertumbuhan dan perkembangan terlambat

Pemeriksaan diagnostic
Rongent foto, MRI untuk evaluasi abnormal
Pemeriksaan fisik

penatalaksanaan/Pengobatan
Tergantung pada beratnya kecacatan
Prioritas pertama adalah pemberian nutrisi yang adequate
Mencegah komplikasi
Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan

Pembedahan : pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan usi 2 – 3 hari atau sampai usia beberapa minggu protesis intraoral atau ekstraoral untuk mencegah kollapas maxillaries, merangsang pertumbuhan tulang dan membantu dalam perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan sebelum pembedahan perbaikan.
Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 5 tahun, atau antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantng pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.

Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak mamupan menelan/kesukaran dalam makan akibat kecacatan/pembedahan
Resiko aspirasu berhubungan dengan ketidakmampuan mengeluarkan sekresi sekunder dari palatoskizis
Resiko infeksi berhubungan dengan kecacatan/insisi pembedahan
Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan teknik pemberian makan/perawatan dirumah
Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi, sekresi yang miningkat
Gangguan interitas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi /kecatatan pada anak

Perencanaan
Mempertahankan nutrisi yang adekuat
Mencegah Aspirasi dan obastruksi jalan nafas
Mencegah Infeksi
Mempersiapkan orang tua untuk menerima keadaan bayi dan merawatnya di rumah
Meningkatkan rasa Nyaman
Mempertahankan kepatenan jalan nafas
Mempertahakan keutuhan kulit
Meningkatkan bondig orang tua anak

Perencanaan Pulang
Ajarkan pemberian makan/minum dan cara merangsang minum
Ajarkan orang tua pencegahan infeksi
Ajarkan mencegah aspirasi
Ajarkan cara menangani aspirasi dan CPR
Ajarkan cara melakukan rangsangan bicara
Ajarkan cara merawat gigi dan mulut


Definisi
Kegagalan esophagus untuk membentuk saluran penghubung antara parynx ke lambung selama fase perkembangan embrio (4 – 6 minggu gestasi). Dan biasanya berhubungan dengan fistula trachea esophageal.
Etiology
Kegagalan perkembangan embrionik
Penyebab pasti tidak ditahui

Klasifikasi
Type I : segmen esophagus proximal dan distal tertutup  tidak ada hubungan ke trachea ( 10 – 15 % kasus)
Type II : segmen esophagus proximal terbuka masuk ke trachea melalui fistula, segmen diatal tertutup
Type III : segmen esophagus proximal tertutup, segmen diatal berhubungan dengan trachea melalui fistula (80 – 90 % kasus)
Type IV : atresia esophagus dengan fistula diantara proximal dan distal akhir dari trachea dan esophagus
Type V : kedua segmen esophagus proximal dan distal terbuka ke trachea melalui fistula (Type H)


Komplikasi
Pneumonia (aspirasi saliva reflux/regurgitasi cairan lambung)
GIT anomaly, anus imferporata

Manifestasi Klinik
Ibu hamil dengan hidramnion
Terdapat sekresi yang berlebihan
Air liur menetap
Sekresi dari hidung keluar banyak
Bayi lahir  menangis  batuk  sianosis
Distensi abdomen
Jika diberi minum/makan anak akan tersedak, batuk dan cianosis
Bila dipasang NGT akan terhenti + 8 – 10 cm dari lubang hidung

Evaluasi Diagnostik
Mengenali bayi denga TEF (polyhidranion/premature)
Observasi gejala spesifik yang timbul pada bayi
NGT tidak adapat masuk ke lambung
Hasil X-Ray tampak bayangan udara di esophagus proximal

Penanganan/Pengobatan
Penganan segera :
Menyangga bayi dengan sudut 200 untuk mencegah reflux lambung
Gastrostomy  mencegah aspirasi
Pengobatan yang sesuai untuk keadaan patologis/komplikasi yang timbul (pneumonia, CHF)
Supportive therapy  pemberian nutrisi, therapy cairan, antibiotic, alat Bantu pernafasan, mempertahankan suhu lingkungan yang normal
Tindakan operasi ( Gastrostomy, esophageal anastomose)

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya sekresi yang meningkat pada nasopharinx
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat sekresi
Intake nutrisi tidak adequate berhubungan dengan reflux tracheo-esophageal
Resiko Imbalance cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake menurun dan kehilangan cairan lambung
Resiko injury berhubungan dengan prosedur operasi
Cemas berhubungan dengan keadaan penyakit anaknya dan ketidak mampuan dalam merawat anaknya
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anaknya

Management Keperawatan
Pengkajian
Kaji seperti prosedur bayi baru lahir
Observasi manifestai AE atau TEF (Excessive salivation, Tersedak, sianosis, apnea, peningkatan respiratory distress, distensi abdomen)
Kaji prosedur diagnostic (Radiography dada dan perut, kateter yang melewati esophagus)
Monitor tanda dan gejala distress pernafasan serta frekwensinya.


Implementasi
Meningkatkan Jalan nafas efektif
Intake nutrisi adequate
Pengajaran pada keluarga

Stenosis Pylorus Hypertrophy
Definisi
Keadaan congenital dimana otot-otot pylorus mengalami hypertrophy  obtruksi sebagian/total pada otot pylorus
Etiology
Belum jelas diketahui
Kemungkinan karena sel ganglion pylorus
Insiden
1 : 500 Kelahiran
4 : 1  laki-laki lebih dominant

Manifestasi Klinik
Biasanya pada bayi usia 3 – 4 minggu timbul muntah, secara terus-menurus  muntah proyektil
Konstipasi
BB sulit naik atau kehilangan BB
Dehidrasi
Pada palpasi teraba masa dikuaran atas perut
Terlihat gerakan peristaltic lambung
Anak selau lapar dan haus


Pemeriksaan Diagnostik
Alkalis metabolik
Kehilangan serum NaCl dan K
pH > 7
CO2 meningkat
Urine alkalis, konsentrasi >
Ht, Hb meningkat,
Hasil Photo barium Meal terdapat penyempitan saluran pylorus

Penatalaksanaan
Penanganan awal
Rehidrasi dan memperbaiki keseimbangan elektrolit
Menangani alkalosis
Persiapan operasi
Diagnosa Keperawatan
Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan muntah terus menerus
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anaknya

Pengkajian
Kaji riwayat kesehatan, terutama yang berhubungan dengan kebiasaan makan dan pola makan
Observasi manifestasi klinik pylorus hypertrophy stenosis
 Muntah projectile  biasa terjadi setelah makan
 Bayi selalu lapar
 BB menurun
 terdapat tanda dehidrasi
 Distensi abdomen
Kaji prosedur diagnostic yang dilakukan

Implementasi
Cairan tubuh terpenuhi
- Pertahankan pemberian cairan secara IV
- Monitor data laboratorium  menentukan
- keseimbangan cairan dan elektrolit
- Monitor intake dan output dan BJ urine
- Monitor tanda vital dan berat badan
- Kaji turgor kulit dan membrane mucosa
- Nutrisi Adequat
- berikan makan setelah operasi dilakukan
Mulailan pemberian makanan secara oral dengan porsi kecil tapi sering  untuk mencegah muntah
Observasi dan catat respon bayi/anak terhadap makanan  untuk menentukan jumlah dan jenis makanan yang akan diberikan
Rencanakan pemberian ASI bila kondisi anak sudah baik
Invaginasi
Definisi
Kondisi terjadinya invaginasi sebagian usus bagian proximal masuk kebagian distal usus
Etiology
Biasanya tidak diketahui kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya moilitas usus
Factor predisposisi
Diverticulum Meckel
Polyp/kista dalam dinding
Malrotasi usus
Acut enteritis
Cacing
Diare

Manifestasi Klinik
Biasa timbul pada bayi usia 4 – 10 bulan (50 – 70%) dan anak antara 1 -2 tahun
Tanda/gejala
Nyeri perut paroksimal
Muntah-muntah
Setelah 24 jam berak lender dan darah tanpa tinja
Distensi abdomen
Palpasi teraba tumor
Dehidrasi/demam
Ada tanda-tanda syok


Pemeriksaan Diagnostik
Photo abdomen tegak  tampak bagian paroximal invaginasi, bagian distal kosong
Barim enema
Penatalaksanaan
24 – 48 jam pertama setelah gejala timbul  dicoba dengan pendorongan barium enema
Bila gagal/timbul peritonitis  operasi

Diagnosa Keperawatan
Nyeri berhubungan dengan invaginasi usus
Imbalance cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah-muntah
Perubahan eliminasi berhubungan dengan obtruksi usus
Distress pernafasan berhubungan dengan distensi abdomen
Cemas berhubungan dengan kondisi penyakit anaknya

Intervensi Keperawatan
Pre operasi
Mempertahankan/mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit  monitor therapy cairan parenteral
Mencegah muntah dan aspirasi (pemasangan NGT, NPO)
Persiapan operasi jika ada tanda syok, demam meningkat
Persiapan tranfusi
Observasi tanda vital
Menurunkan temperatur

Post Operasi
Memberikan perawatan post op dengan baik, observasi kemungkinan komplikasi
Mempertahankan dekompresi perut
 Klien dipuasakan, beri perawatan mulut
 Catat, laporkan bila ada platus (+), feces (+)  peristaltic baik, klien boleh makan peroral
+ Mulai pemberian air gula
+ Beri porsi kecil tapi sering


Penyakit Hirscprung
Definisi
Keadaan kongennital dimana tidak terdapat sel-sel syaraf ganglion parasimpatik pada satu segmen usus bagian distal, terbanyak di rectosigmoid

Etiology
Penyebab tidak diketahui mungkin karena herediter
Tidak adanya ganglion parasimpatis pada daerah distal colon

Gangguan Physiologis
Tidak adanya/berkutangnya sel ganglion parasimpatik didalam flexus aurbach
Tidak terjadi peristaltic pada bagian usus yang terkena
+ Bagian ini biasanya menyempit  feces tidak bisa lewat
+ Usus bagian atas darai sisi yang terkena, terakumulasi feces
Bagian proximal dari sisi yang terkena dari colon berdilatasi  diisi dengan bahan feces + gas  hypertrophy otot
Spincter anus/rectal bagian dalam gagal untuk relax dan mengeluarkan feces + gas  abdominal distensi, konstipasi


Manifestasi Klinik
Tergantung dari derajat usus yang dipengaruhi
Muncul sejak lahir/minggu pertama kehidupan
Tidak ada meconiium
Muntah
Distensi abdomen
Konstipasi
Diare
Anorexia
Pada anak dan dewasa
Konstipasi
Distensi abdomen secara progresif
Dinding abdomen tipis  vena vena terlihat
Aktivitas peristaltic dapat diobservasi
Konstipasi
Kegagalan untuk tumbuh  malnutrisi

Evaluasi Diagnostik
Pemeriksaan rectal, rectal biopsi
Pemeriksaan Ro photo barium enema

Penangan/ tindakan
Keadaan acut  wash out dengan garam fisiologis
Usia anak besar + gejala kronik  enema isotonic, diet rendah sisa
Colostomy/illeustomy  decompresi usus, istirahatkan usus
Pengangkatan segmen aganglionik, diikuti dengan anastomose dan memperbaiki fungsi rectal bagian dalam


Diagnosa Keperawatan
Konstipasi berhubungan dengan obstruksi
Resiko kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan intake kurang, mual dan muntah
Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan prosedur pembedahan dan adanya insisi
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan gastrointestinal
Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kebutuhan irigasi, pembedahan, dan perawatan colostomy
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan colostomy dan irigasi


Implementasi
Mencegah atau mengatasi konstipasi dan mempertahankan hidrasi
Mencegah infeksi pembedahan dan colostomy serta mempertahankan keutuhan kulit sekitar area pembedahan
Mempertahankan status nutrisi yang adekuat
Memberikan kontrol nyeri yang adekuat
Meningkatkan pengetahuan tentang kondisi pada orang tua dan anak



Perencanaan Pulang
Instruksikan orang tua untuk mendemonstrasikan cara irigasi dan perawatan colostomy
Ajarkan orang tua cara mengkaji distensi abdomen dan obstruksi
Ajarkan orang tua mengkaji bising usus
Anal Malformasi
Definisi
Adalah tidak komplinya perkembangan embrionik pada distal usus (anus) atau tertutupnya anus secara abnormal.
Etiologi
Secara pasti belum diketahui
Merupakan anomaly gastrointestinal dan genitourinary

Manifestasi Klinis
Kegagalan lewatnya mekonium saat/setelah lahir
Tidak ada atau stenosiskanal rectal
Adanya membrane anal
Fistula eksternal pada perineum

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fisik restum, kepatenan rectal dan dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari
Untrasound dan CT scan untuk menentukan lesi.

Penatalaksanaan Terapeutik
Pembedahan, kolostomi, transversokolostomi (kolostomi di kolon Transversum) dan sigmoidostomi (kolostomi di sigmoid). Bentuk yang aman adalah double barrel atau laran ganda.

Pengkajian
Kaji bayi setelah lahir pemeriksaan fisik
Tanpa mekonium dalam 24 jam setelah lahir
Gunakan thermometer rectal untuk menentukan kepatenan rectal
Adanya tinja dalam urine dan vagina
Kaji psikososial keluarga

Diagnosa Keperawatan
Inkontinen bowel (tidak efektif fungsi ekskretorik) berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan anus
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
Kecemasan keluarga berhubungan dengan prosedur pembedahan dan kondsisi bayi
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kebutuhan perawatan di rumah dan pembedahan


Implementasi
Meningkatkan fungsi usus dan integritas kulit
Mencegah infeksi
Memberikan support emosional
Memberikan pengajaran untuk perawatan di rumah


DIARE
Definisi
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar lebih dari 3 X sehari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gr.
Etiologi
- Faktor infeksi
- Faktor Malabsrpsi
- Faktor Makanan
- Faktor Psikologis


PATOFISIOLOGI
Gangguan Osmotik
Gangguan sekresi
Gangguan motilitas usus

Kalsifikasi Diare
Ringan
Frekuensi BAB 2 – 3 X perhari, feces encer, demam, kemungkinan muntah, tidur terganggu, rewel, kehilangan cairan sampai 5 % dari berat badan, dehidrasi ringan
Sedang
Kejadian secara perlahan-lahan dengan ciri-ciri : dehidrasi ringan, kehilangan cairan sampai 5 – 10 % dari berat badan
Berat
Kejadian secara tiba-tiba, resiko kematian tinggi pada bayi dan anak, diare berat ditandai dengan frekuensi BAB 2 – 12 X perhari, warna feces kehijauan dan encer, terdapat mucus dan darah, demam tinggi, muntah, anorecsia, kram abdomen, stupor, irritable, konvulsi, dehidrasi berat, kehilangan cairan 10 – 15 % dari berat badan.


Gejala klinik
Tergantung dari derajat dan type diare yaitu :
BAB lebih dari 3 x dengan jumlah 200 – 250 gr
Anoreksia, muntah
Feces encer dan terjadi perubahan warna dalam beberapa hari
Terjadi perubahan tingkah laku : rewel, irritable, lemah, pucat, konvulsi, flasifdity dan merasa nyeri saat BAB
Respirasi cepart dan dalam
Kehilangan cairan /dehidrasi : urine output menurun, turgor kulit jelek, kulit kering, terdapat fontanel cekung, sunken eyes, penurunan tekanan darah.

Diagnosa Keperawatan
Deficit volume cairan tubuh b/d vomiting, diare
Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan tubuh mengabsorpsi
Resiko terjadinya gangguan integritas kulit
Nyeri b/d distensi abdomen/kram perut
Activity intolerance b/d kelemahan
Kurangnya pengetahuan orang tua
Cemas b/d kondisi anaknya

Implementasi
Rehidrasi
Mempertahankan integritas kulit
Mencegah penyebaran infeksi
Meningkatkan nutrisi optimum
Meningkatkan pengetahuan orang tua
Menurunkan takut/cemas


I. Pengertian
Suatu keadaan kekurangan atau tidak adekuatnya nutrisi. Istilah lain adalah undernutrisi, juga termasuk keadaan nutrisi; overnutrisi yang dimanifestasikan sebagai obesitas atau hyperavitaminosis.
II. Klasifikasi Kurang Kalori Protein
Menurut derajat Beratnya KKP
Klasifikasi Menurut Gomes
Klasifikasi didasarkan atas berat badan indivudu dengan berat badan yang diharapkan pada anak sehat seumur.

Kwashiorkor
Disebabkan oleh kekuranan protein, baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Kurangan protein dalam makanan  kekurangan asam amino essensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis, metabolisme dan pertumbuhan serta perbaikan sel. Anak mengalami kekurangan vitamin A, minral (besi, kalsium, seng)
Marasmus
Disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein. Kekurangan protein biasnya minimal atau tidak ada.

Faktor Penyebab KKP
Faktor diet
Peranan sosial
Faktor kepadatan penduduk
Faktor infeksi
Peranan kemiskinan

Manifestasi Klinik
KKP ringan dapat ditemui pada anak 9 – 2 tahun, gejala klinik yang dapat ditemukan :
Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti
Kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya berat badan menurun
Ukuran LLA menurun
Maturasi tulang terlambat
Rasio berat terhadap tinggi; Normal atau Menurun
Tebal Lipatan kulit Normal atau menurun
Anemia ringan
Aktivitas dan perhatian anak berkurang dibanding anak lain
Kelainan kulit atau rambut jarang ditemukan, tapi kadang terjadi


Kwashiorkor
BB Dibawah 80 %, terdapat edema, TB berkurang terutama KKP yang sudah berlangsung lama
Banyak menagis, pada stadium lanjut terlihat sangat apatis
Edema ringan atau berat ditemukan pada sebagian besar klien kwashiorkor, asites dapat mengiringi edema.
Klien menolak segala macam makanan, Diare, faece cair dan banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksi lactose dan enzim disakarida lain, kadang ditemukan cacing dan parasit.
Rambut mudah dicabut, kusam, kering, halus, jarang dan warnanya berubah. Warna rambut hitam  merah, coklat, kelabu, atau putih.
Perubahan kulit Terjadi Crazy parament dermatosis  kering dan bersisik
Albumin serum rendah, Globulin serum kadang menurun, kolesterol serum rendah.

Marasmus
Penampilan  Muka terlihat tua, anak sangat kurus
Perubahan mental  Anak menagis setelah makan, kesadaran menurun sampai apatis pada marasmus berat.
Kelainan kulit tubuh  kulit kering, dingin, Mengendor karena kehilangan lemak dibawah kulit dan penurunan massa otot.
Rambut kepala  kering tipis dan mudah rontok
Lemak dibawah kulit  hilang hingga turgor berkurang
Otot  atropi sehingga hingga tulang terlihat jelas
Saluran Cerna  Diare atau konstipasi
Jantung  bradikardi
Tekanan darah  lebih rendah disbanding anak seumur
Saluran nafas  frekwensi nafas menurun
System darah  Hb Rendah

Kwashiorkor Marasmik
Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor. Berat badan menuru 60% dibawah normal, edema, kelaianan rambut, kelainan kulit, dan kelainan biokimia darah.

Dampak KKP
Sistem GIT
Hepar
Pancreas
Ginjal
Jantung
Perkembangan mental
Dampak KKP jangka Panjang
- Penyakit infeksi : TBC, Radang paru lain, Disentri
- Defisiensi zat gizi lain : Xerpthalmia, stomatitis, dll
- System syaraf pusat  kecerdasan menurun

Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d tidak adekuat-nya intake nutrisi
Kurangnya volume cairan tubuh b/d intake cairan berkurang
Gangguan intergitas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan yang cukup, bedrest, penekkanan pada daerah menonjol
Resiko infeksi b/d gangguan respon immune sekunder akibat malnutrisi
Konstipasi b/d intake cairan kurang, bedrest
Diare b/d gangguan motilitas usus akibat infeksi saluran cerna
Kurangnya pengetahuan b/d tidak tahunya memberikan intake yang adekuat pada anak
Potensial gangguan tukem b/d Tidak adekuatnya nutrisi, proses penyakit

Tidak ada komentar: